1. Mengenai Hakikat Surga

Kita tidak seharusnya membayangkan Surga sebagai alam dunia yang murni rohani seperti yang dibayangkan beberapa orang. Karena Surga adalah suatu tempat yang nyata, tempat yang bukan hanya Allah dan para Malaikat berada di sana sekarang, tetapi tempat Kristus juga berada di sana dalam kemanusiaan suci-Nya, dan Bunda Maria dengan tubuh manusianya. Di sana, juga, semua orang kudus akan berdiam dengan tubuh mereka yang telah dimuliakan setelah Penghakiman Terakhir. Bila Surga adalah tempat yang nyata, maka ia haruslah kasat mata, dan bukan kerajaan rohani; karena sebuah tempat dalam hakikatnya haruslah sesuai dengan mereka yang berdiam di dalamnya.

Selain itu, kita tahu bahwa sesudah Penghakiman Terakhir, Orang Kudus akan melihat surga dengan mata jasmani mereka, dan konsekuensinya ia haruslah kerajaan yang kasat mata. Kita tidak tahu terbuat dari materi apakah struktur Surga itu, kita hanya tahu bahwa ia adalah sesuatu yang jauh lebih superior secara tak terhingga dan lebih bernilai dari materi-materi yang darinya matahari, bulan, dan benda langit lainnya dibentuk.

Karena Allah telah menciptakan Surga bagi dirinya dan orang pilihan-Nya, Ia telah membuatnya begitu indah dan mulia sehingga mereka yang berbahagia tidak akan pernah lelah mengkontemplasikan kecemerlangannya selamanya.

Namun, saya ulangi sekali lagi, penulis tidak memiliki kemampuan untuk menggambarkannya, para pembaca tidak memiliki kemampuan untuk memahaminya, yaitu terdiri dari apakah Surga itu. Mungkin kita dapat belajar sesuatu mengenai hal ini dari tulisan St. Teresa. Ketika berbicara tentang dirinya, ia menulis: “Bunda Allah yang terberkati memberikan aku permata, dan mengalungkan di leherku rantai emas yang mewah, yang mana salib yang tak ternilai harganya bergantung di sana. Baik emas dan batu berharga yang diberikan kepadaku itu begitu tidak menyerupai batu yang ada di dunia ini sehingga hal itu tidak dapat dibandingkan. Keindahannya melampaui pengertian kita, dan materi yang membentuknya melampaui pengetahuan kita. Karena apa yang kita sebut emas dan batu berharga akan tampak gelap dan tak bercahaya seperti arang bila ditempatkan di sebelahnya.”

Dari perkataan ini kita mendapat suatu gambaran tentang keindahan, kelangkaan, kebernilaian dari hakikat batu yang darinya dinding-dinding Surga dibuat. Darinya kita memahami bahwa terang Surga begitu mempesona sehingga tidak hanya memudarkan matahari dan bintang-bintang, tapi juga menyebabkan semua kecemerlangan duniawi tampak sebagai kegelapan. Kita punya setiap alasan untuk percaya bahwa dalam terang Surga warna-warna pelangi terlihat berkilauan, yang memberikannya pesona tak terperikan bagi mata mereka yang terberkati. Terlebih, tubuh mereka yang telah ditebus memancarkan cahaya, dan semakin kudus hidup mereka di bumi, maka semakin cemerlang mereka bercahaya di Surga.

Sungguh mulia cakrawala surgawi, yang berkilauan dengan cahaya ribuan bintang! Tak ada yang lebih menyenangkan bagi mata selain cahaya; sungguh cemerlang dan indah terang Surga itu, karena bila dibandingkan dengannya maka sinar matahari tidak lain adalah kegelapan.

Betapa mereka yang telah ditebus pasti bergembira dalam kontemplasi cahaya yang jernih dan mempesona ini.

Ya Allahku, berikanlah aku rahmat agar di bumi ini aku dapat mengasihi terang dan mengelak dari karya kegelapan, agar aku dapat mencapai kontemplasi terang abadi dan kekal!

Mengenai ukuran Surga, semua yang kita ketahui ialah bahwa ia tak terukur, tak terpahami, tak tergambarkan.

Ketika berbicara tentang hal ini, seseorang yang terpelajar secara ilahi berkata: “Bila Allah membuat sebuah dunia baru dari setiap butiran pasir, maka semua bidang yang tak terhitung ini tidak akan memenuhi luasnya Surga.” St. Bernard juga berkata bahwa kita dibenarkan dalam keyakinan bahwa setiap orang yang diselamatkan akan memiliki tempat dan warisan tanpa batas-batas sempit yang diberikan kepadanya di negara surgawi.

Begitu luas dan tak terukur Surga itu! Tepat sekali apa yang dikatakan Nabi Barukh: “Hai Israel! Alangkah megahnya Rumah Allah, dan betapa mujurlah daerah milik-Nya! Sungguh besar dan tidak berbatas tinggi dan tidak terukur!” (Bar 3:24-25).

Kita bisa dengan mudah mempercayai hal ini, karena di hadapan mata kita terdapat alam ruang yang tanpa batas. Tetapi hakikat alam surga yang tak terhingga, kita tidak mengetahuinya, namun sampai batas tertentu kita dapat membayangkannya. Akan berlawanan dengan akal sehat bila kita berpikir bahwa ruang surgawi yang luas ini adalah kosong dan hampa, bahwa sang Pencipta agung, yang baginya penciptaan dunia adalah hal yang amat kecil, akan membiarkannya tanpa hiasan dan tanpa keindahan.

Bila para pangeran dan bangsawan memenuhi setiap ruang dan tidak membiarkan pojok istana mereka atau tanah mereka tanpa hiasan dan dekorasi, akankan kita menganggap bahwa Raja Surga yang agung akan membiarkan istana kerajaan-Nya, alam surgawi-Nya, kekurangan keindahan dan kecemerlangan? Apakah yang akan menggembirakan indra orang Kudus bila Surga adalah ruang kosong yang besar? Kenikmatan apa, selain penglihatan akan Allah yang berbahagia, yang tersedia bagi mereka, bila mereka berdiri bersama di dataran yang kosong, seperti domba di kandang ternak? Bukankah kita dibenarkan dengan percaya bahwa terdapat ruang yang megah dan luas di Surga yang dibangun dari materi yang tak dapat rusak?

Terlebih, seorang penafsir Kitab Suci yang terpelajar menganggap lebih mungkinlah bahwa oleh kemampuan dan hikmat sang Pencipta agung, rumah dan kedidaman yang indah ini memiliki bentuk dan ukuran yang beragam, yang satu lebih rendah, yang lain lebih tinggi, beberapa lebih kaya dengan hiasan daripada yang lain. Dan terutama, yang melampaui semuanya dalam keindahan dan kemegahan, ialah istana Raja Agung Yesus Kristus yang paling utama; dan sesudahnya yang menempati posisi kedua dalam martabat dan kecemerlangan ialah kediaman Bunda Maria, sang Ratu Surga. Lalu dua belas istana para rasul, yang begitu kaya dan indah sehingga Surga sendiri kagum akan keindahannya. Selain itu terdapat banyak rumah dan kediaman yang tak terhitung yang membuat Yerusalem surgawi mengagumkan dan menarik secara tak terperikan. Kediaman yang megah ini diciptakan ketika Surga sendiri dibuat, dan ditakdirkan menjadi kediaman mereka yang telah ditebus.

Gereja sendiri mengajarkan kita, dalam ofisi para martir, bahwa tiap orang terpilih akan memiliki tempatnya sendiri dalam kerajaan Surga. Dabo sanctis meis locum nominatum in regno Patris mei, dicit Dominus. (In 2 noct. Antiph. I. de Com. pi. Martj.) “Aku akan memberikan kepada orang-orang kudusku tempat khusus di kerajaan Bapaku.” Dan Pemazmur Rajawi berkata: “Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka!” (Mzm 149:5).

Kita juga memiliki perkataan Kristus: “Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi;” artinya habiskanlah apa yang kamu miliki kepada perbuatan kasih dan kebaikan, agar hal ini terbukti sebagai teman bagimu, yang akan memperoleh bagimu izin masuk ke dalam kediaman kekal dan surgawi (Luk 16:9).

Lagi: “Di rumah Bapaku ada banyak tempat tinggal.” Maka dapat disimpulkan bahwa tiap orang yang telah ditebus memiliki tempat tinggalnya sendiri di Surga. Sama halnya seorang bapa yang adil dan bijaksana membagi harta pribadinya di antara anak-anaknya, memberikan kepada tiap orang yang menjadi bagiannya, demikian pula Bapa surgawi kita memberikan kepada masing-masing orang terpilih-Nya bagian dari harta surgawi-Nya, yang kelihatan dan tak kelihatan, memberikan lebih kepada yang satu dan kurang kepada yang lain, menurut bagian yang pantas diterimanya.

Siapakah yang akan menggambarkan keagungan dan kemuliaan tempat tinggal surgawi ini? Bila raja-raja dan pangeran-pangeran dari dunia ini membangun istana yang megah dan mahal bagi mereka, maka seperti apakah kecemerlangan dan keindahan kota surgawi yang dibangun Raja segala raja bagi diri-Nya dan bagi mereka yang mengasihinya yang adalah sahabat-Nya? Dengarkanlah apa yang dikatakan St. Yohanes mengenai kota ini: “Seorang Malaikat menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata.” (Why 21:11, 18-19).

Ketika berbicara mengenai ukuran kota itu, rasul yang sama menulis: “Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.”

Satu stadia sama dengan dua ratus dua puluh yard, dan delapan stadia sama dengan satu mil. Harus diamati bahwa Malaikat tidak mengukur keliling kota, tapi hanya panjang tembok, yang ukurannya dua belas ribu stadia. Ketika hal ini dikalikan empat, maka hasilnya empat puluh delapan ribu stadia sebagai keliling kota, dan ini sama dengan enam ribu mil. Bagi orang-orang, kota berukuran ini akan memerlukan jutaan penghuni.

Dari informasi yang diberikan St. Yohanes, yang memberitahu kita bahwa panjang, lebar, dan tinggi kota itu setara, kita membentuk suatu gagasan tentang ketinggian struktur surgawi ini. Kota ini tidak membentuk keseluruhan Yerusalem surgawi, ini adalah tempat kediaman khusus Allah yang maha tinggi, tempat kemanusiaan suci Kristus berdiam, bersama dengan himpunan para Malaikat dan Orang Kudus yang paling unggul. Karena selain kota yang luhur ini, terdapat pula orang lain yang tak terhitung jumlahnya di dataran surgawi, tempat mereka yang telah ditebus berdiam dalam masyarakat para Malaikat. Semakin banyak kebaikan yang telah dilakukan Orang Kudus di bumi, semakin agung tempat kediaman yang diberikan padanya di Surga. Istana dan rumah ini transparan seperti kristal dan dibangun dari batu berharga yang paling mahal jenisnya. Dan kita dapat menambahkan pendapat otoritatif dari seorang teolog terpelajar, bahwa orang kudus saling berbicara satu sama lain, dan bertemu bersama untuk memuji dan memuliakan kemahakuasaan Yang Maha Tinggi, yang mempersiapkan bagi mereka tempat tinggal yang mulia, dan bersama-sama mereka memuja kebijaksanaan-Nya dan cinta-Nya.

Tidakkah kamu, hai jiwaku, merasakan kerinduan yang kuat untuk melihat kota surgawi ini, dan terlebih, untuk tinggal di sana selamanya? Kita merasakan kenikmatan ketika mengunjungi kota yang indah, yang terkenal akan arsitekturnya dan daya tarik lainnya, dan banyak para musafir berkeliling dunia untuk melihat kota-kota yang asing, dan memanjakan mata mereka dengan keindahannya. Apalah artinya kota-kota ini dibandingkan dengan kota surgawi? Seandainya kita dapat melihat ke sana walau hanya sesaat, hal mengangumkan seperti apakah yang kita lihat! Dengan pasti kita seharusnya berseru, dengan perkataan Raja Daud: “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!  Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik” (Mzm 84).

Bila kita berani berbicara tentang bagian dalam dari alam surgawi, kita dapat menduga bawah ruang surga yang luas dan tak terukur tidak hanya menampung kota-kota surgawi ini, tapi lebih banyak lagi, yang semuanya meningkatkan kegembiraan tanah yang terberkari itu. Karena sebagaimana raja-raja dan para pangeran di bumi memiliki taman dan taman hiburan di samping istana mereka, tempat mereka menghibur diri dalam musim panas, maka, banyak teolog menyatakan, terdapat taman surgawi, yang menambah kesenangan mereka yang terberkati.

Karena tidak hanya jiwa-jiwa yang diselamatkan, tapi tubuh mereka yang dimuliakan juga akan diantar oleh para Malaikat Allah sesudah Hari Penghakiman.

St. Agustinus, St. Anselmus, dan banyak Orang Kudus lainnya tidak ragu untuk mempertahankan bahwa di Surga terdapat banyak pohon, buah dan bunga yang nyata, yang menarik dan menyenangkan secara tak terperikan bagi penglihatan, rasa, aroma dan sentuhan, yang berbeda dari apapun yang dapat kita bayangkan.

Dalam pewahyuan Orang Kudus disebutkan bahwa terdapat taman-taman di Surga, dan bunga-bunga bermekaran di sana; dan kita tahu hal ini tercatat dalam legenda St. Dorothea, bahwa ia mengirim kepada Teofilus melalui tangan seorang Malaikat sebuah keranjang bunga yang dipetik dari taman surgawi, yang keindahannya melampaui apapun sehingga pemandangan akannya menuntun dia menjadi orang Kristen, dan mengorbankan nyawanya bagi iman akan Kristus.

Kita juga membaca dalam riwayat hidup St. Didacus, setelah ia bangun dari keadaan tak sadarkan diri sesaat sebelum kematiannya, ia berseru dengan nyaring: “Bunga apakah itu yang ada di Surga! Bunga apakah itu yang ada di Surga!” Peristiwa serupa juga sering dijumpai dalam legenda-legenda Orang Kudus.

Renungkan betapa menggembirakannya hal ini bagi mereka yang bahagia yang akan diselamatkan, ketika mereka berkelana di taman surgawi dan mengkontemplasikan bunga-bunganya yang indah. Betapa indah bagi mata semua yang bermekaran di sana, betapa nikmat aroma yang mereka keluarkan! Sesungguhnya, bila seseorang memiliki satu dari bunga surgawi ini, maka ia akan menghasilkan efek yang sama seperti pada Theofilus. Ia akan diganggu oleh semua keindahan bumi, dan akan berupaya dengan segenap jiwanya untuk mengejar keindahan Surga yang sempurna.

Oleh karena itu, seringlah merenung mengenai hal-hal Surgawi; angkatlah matamu dan hatimu ke langit yang cemerlang di atas, dan timbulkan dalam hatimu melalui hal ini atau sarana lain keinginan kuat untuk melihat tempat tinggal Bapa yang kekal, dan untuk berdiam di sana selamanya.

Ya Allah, yang telah memperkaya Yerusalem surgawi dengan keindahan yang sedemikian rupa agar kami anak-anakmu yang miskin di bumi dapat memiliki keinginan lebih besar untuk memandangnya, aku mohon kepada-Mu, kobarkan dalam hatiku rasa cinta dan kerinduan yang kuat akan tempat tinggal surgawi yang Engkau telah persiapkan bagi kami. Karena terberkatilah mereka, ya Tuhan, yang berdiam di rumah-Mu; mereka akan menikmati kebahagiaan selamanya, dan selamanya mereka akan memuji kekuasaan, kebijaksanaan, dan keberlimpahaan Allah kami. Seandainya aku pantas disertakan dengan kumpulan orang yang tak berdosa, untuk melihat kota yang indah itu, untuk menjadi salah satu penghuninya yang bahagia. Berikanlah aku rahmat ini, ya Allah, aku berdoa kepada-Mu, jangan singkirkan aku dari sejumlah orang terpilih-Mu.

Wahai para Kudus Allah, engkau yang berdiam di pelataran Yerusalem surgawi, dengan rendah hati aku memohon engkau untuk mendoakan aku, agar dalam belas kasih-Nya yang tak terhingga, Allah yang rahim berkenan memberikan aku kehidupan yang melaluinya aku dapat ditemukan sebagai orang yang pantas untuk disertakan ke dalam kumpulan mereka yang terberkati.

Dengarkanlah doa Orang-Orang Kudusmu, ya Allah yang maha belas kasih, dan melalui jasa-jasa Yesus Kristus, berikanlah aku bagian dalam warisan yang telah Engkau tebus bagi kami dengan darah-Mu yang mulia. Semoga hal-hal dunia kehilangan nilainya di mataku, dan buatlah hatiku bersinar dengan keinginan membara untuk melihat Engkau dan kota yang telah Kau bangun, Yerusalem surgawi. Amin.

2 thoughts on “1. Mengenai Hakikat Surga

  1. Vincent Francis

    Shallom..
    Maaf sebelumnya, apakah para pengasuh web Lux Veritas tidak tertarik untuk mencari atau bahkan menterjemahkan tulisan² karya Maria Valtorta ?

    Like

Leave a comment